RESPONSIF #3 (Proaktif dalam Tindakan, Reaktif dalam Evaluasi)

Pemantik: Kanda Ibrah Rahmat Anshary Nasrun C’21

Kamis, 19 Desember 2024

Dalam dunia organisasi, perubahan yang signifikan sering kali lahir dari keberanian untuk mengambil langkah pertama. Sikap proaktif menjadi elemen penting yang memungkinkan kader untuk tidak hanya menunggu perintah, tetapi juga menciptakan peluang dan solusi secara mandiri. Namun, tindakan proaktif harus tetap terarah dan tidak asal dilakukan, sehingga diperlukan keseimbangan yang tepat dengan sikap reflektif. Dengan menggabungkan kedua unsur tersebut, diharapkan dapat menghasilkan organisasi yang bergerak ke depan (maju) dengan cara yang benar. Pada sesi FGD, terbentuk 3 tim dalam menyikapi isu “kritik dan evaluasi dari senior menghasilkan kader yang tidak proaktif, dan menyebabkan organisasi cenderung stagnan”. dari total peserta yang mengikuti kegiatan, sebanyak 25,9% dari peserta memilih Pro dengan argumen bahwa “Kritik yang tidak disampaikan secara konstruktif sering kali menciptakan rasa takut pada kader. Mereka merasa khawatir akan melakukan kesalahan, sehingga akhirnya memilih untuk pasif dan menunggu instruksi dibanding mengambil inisiatif. Hal ini membatasi kreativitas dan inovasi yang sebenarnya dapat memperkaya organisasi”. sedangkan 42,5% dari total peserta memilih Netral, dengan argumen bahwa “Kritik dan evaluasi dari senior memiliki dampak yang kompleks baik positif maupun negatif sebagai contohnya Kritik yang bersifat konstruktif dapat memotivasi kader untuk berkembang, sementara kritik yang bersifat negatif tanpa solusi dapat menimbulkan rasa putus asa. Dan juga Jika senior hanya fokus pada evaluasi tanpa memberikan pelatihan atau pembinaan yang memadai, kader mungkin tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk menjadi proaktif”. dan 31,5% dari peserta memilih Kontra dengan argumen “Kritik dan evaluasi dari senior adalah bagian penting dari proses pembelajaran dalam organisasi. Dengan pendekatan yang tepat, ini dapat menjadi pendorong bagi kader untuk terus berkembang dan berkontribusi secara positif sehingga kader dapat memahami kekurangan mereka dan memperbaiki diri”. Dari semua argumen yang ada selama diskusi, didapatkan kesimpulan bahwa kritik perlu diterima dengan bijak sebagai bahan reflektif, karena sejatinya tidak ada satu orang pun yang bisa mengontrol kritik. Kita perlu belajar untuk menerima, menganalisis atau bahkan mengubah kritik tsb menjadi sebuah tantangan untuk berinovasi demi memajukan organisasi dengan cara yang baik dan benar. Semoga HMS FT-UH senantiasa menjadi wadah yang baik, aman, dan nyaman bagi seluruh anggota.