RESPONSIF #1 (Reaksi Solutif Terhadap Problematika dan Isu Secara Interaktif)
Pembicara: Kanda Nurmansyar Sikande C’20
Kamis, 24 Oktober 2024
Dalam era globalisasi yang semakin terhubung, mahasiswa memainkan peran penting sebagai agen perubahan di masyarakat. Mereka tidak hanya dituntut untuk memiliki pengetahuan akademis yang mumpuni, tetapi juga kemampuan untuk beradaptasi dengan dinamika sosial dan teknologi yang terus berubah. Di tengah tantangan tersebut, dua konsep penting muncul sebagai pilar utama dalam pembentukan karakter dan kapasitas mahasiswa: kolaborasi dan kompetisi. Apa itu kolaborasi? Kolaborasi adalah proses kerja sama antara individu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama melalui komunikasi, partisipasi aktif, dan pemanfaatan keahlian masing-masing. Dan apa itu Kompetisi? Kompetisi adalah proses persaingan antara individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu, mendorong inovasi dan pencapaian prestasi dengan cara yang sehat dan etis.
Kolaborasi di kalangan mahasiswa dapat diartikan sebagai kerja sama yang produktif dalam mencapai tujuan bersama. Ini meliputi berbagai bentuk interaksi, seperti proyek kelompok, diskusi lintas disiplin, dan kolaborasi dalam penelitian. Seberapa penting kolaborasi bagi mahasiswa? Melalui kolaborasi, mahasiswa belajar untuk menghargai perbedaan, memperluas wawasan, dan membangun jaringan yang dapat mendukung mereka di masa depan. Keberhasilan kolaborasi bergantung pada kemampuan untuk berkomunikasi, berbagi tanggung jawab, dan saling menghargai kontribusi setiap individu. Hal ini menciptakan lingkungan yang inklusif, di mana setiap orang merasa memiliki peran penting dalam mencapai tujuan bersama.
Apa pengaruh kompetisi bagi mahasiswa? kompetisi merupakan dorongan yang memacu individu untuk mencapai prestasi terbaik. Dalam konteks akademis, kompetisi dapat terjadi melalui berbagai cara, seperti lomba akademik, ujian, dan seleksi beasiswa. Kompetisi yang sehat mendorong mahasiswa untuk berinovasi, menggali potensi diri, dan berusaha mencapai hasil yang terbaik. Ini juga membangun karakter yang tangguh, mengajarkan mahasiswa untuk mengatasi kegagalan dan belajar dari pengalaman. Namun, kompetisi harus dijalankan dengan prinsip etika dan integritas, agar tidak mengarah pada perilaku merugikan, seperti kecurangan atau sabotase.
Namun, tantangan muncul ketika kolaborasi dan kompetisi harus berjalan beriringan. Keduanya, jika diolah dengan bijak, dapat saling mendukung dan memperkuat. Kolaborasi yang efektif dapat mengurangi tekanan kompetitif yang berlebihan dan menciptakan suasana saling mendukung di antara mahasiswa. Sebaliknya, semangat kompetisi yang positif dapat mendorong kolaborasi yang lebih produktif, di mana masing-masing individu berkontribusi sesuai dengan kekuatan dan keahliannya. Setiap mahasiswa harus bisa menempatkan kedua hal tersebut sesuai dengan porsinya masing-masing. Saat melakukan kolaborasi, egoisme menjadi hambatan terbesar dalam terwujudnya visi serta tujuan bersama, dan perlu diingat bahwa belajar untuk menghormati dan menerima segala pendapat serta aspirasi yang ada merupakan kunci dari terlaksananya kolaborasi yang efektif. Dan organisasi kemahasiswaan seperti HMS FT-UH memegang peran krusial dalam upaya memfasilitasi penyeimbangan antara kompetisi dan kolaborasi. Terwujudnya tujuan dari sebuah organisasi merupakan bukti bahwa kolaborasi antar anggota telah terlaksana dengan baik, sementara kompetisi mendorong peningkatan dari kualitas organisasi itu sendiri. Selama kegiatan, peserta cukup aktif dalam memberikan pertanyaan dan argument mereka. Saat sesi FGD, terbentuk 3 tim dalam menyikapi isu “Menyeimbangkan Kerja Sama an Persaingan Di Lingkungan Mahasiswa”. 53,3% dari peserta kegiatan memilih tim pro, mereka setuju bahwa kedua hal tersebut merupakan satu kesatuan, harus seimbang dan berjalan beriringan. Contohnya juga saat berorganisasi, kolaborasi dibutuhkan agar dapat mewujudkan tujuan dan visi bersama. Sedangkan 22,2% dari peserta memilih team netral, bahwa kedua hal tersebut bisa disesuaikan lagi dengan waktu dan situasi yang ada. Dan 24,4% dari peserta memilih kontra terhadap isu tersebut, mereka beranggapan bahwa kolaborasi dan kompetisi bukanlah sesuatu yang harus diseimbangkan, pendapat dan isi kepala tiap orang berbeda dan tidak perlu untuk dikolaborasikan. Diskusi dilakukan dengan baik, peserta saling menghormati argumen yang ada. Diharapkan setelah kegiatan dilakukan, para peserta dapat menyikapi isu terkait dengan lebih bijak sesuai dengan porsinya masing-masing, meningkatkan solidaritas melalui rangkaian kolaborasi yang ada dan tetap menjaga kompetisi sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pribadi maupun organisasi.