PROGRESIF #3 (Proaktif terhadap Stigma dan Isu secara Interaktif)
Tema Kajian : “PENGADERAN UNTUK SEMUA: MELURUSAKAN PRESPEKTIF TERKAIT KADERISASI “
Pemateri: Kanda Muhammad Fikri Pratama, S.T
Selasa, 20 Februari 2024
Himpunan merupakan sebuah Organisasi yang menjadi wadah pemenuhan kebutuhan bagi mahasiswa yang berhubungan dengan keprofesian, setiap himpunan bergerak berdasarkan bidang penalaran sesuai dengan kejuruan masing masing, dalam fungsinya mencapai pemenuhan kebutuhan keilmuan anggota dengan baik sebuah himpunan membutuhkan kader sebagai penggerak, karena itu diadakanlah kaderisasi/pengaderan sebagai sebuah langkah pembentukan dan penanaman nilai untuk menghasilkan anggota yang memiliki karakter sesuai dengan profil yang cita-citakan organisasi.
Berbicara terkait kaderisasi memang tidak pernah lepas dari yang namanya himpunan atau organisasi kemahasiswaan, proses pengkaderan adalah proses yang diharapkan dapat menurunkan nilai-nilai karakter dari generasi satu ke generasi selanjutnya dilakukan setiap kali seseorang akan masuk kedalam suatu golongan tertentu, dalam hal ini yang kita bahas Himpunan Mahasiswa Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (HMS FT-UH). Namun yang menjadi pertanyaan, Mengapa kaderisasi sangat penting dilaksanakan? Kalau Menurut Bung Hatta Kaderisasi sama halnya dengan menanam bibit, untuk menghasilkan pemimpin masa depan, pemimpin pada masanya harus menanam. Proses kaderisasi sangat penting untuk memunculkan kader penerus regenerasi yang dapat menjaga eksistemsi organisasi. Tanpa adanya kaderisasi sulit rasanya bagi suatu organisasi untuk bergerak maju dan bertahan.
Namun dewasa ini, perspektif terkait kata “kaderisasi” mendapat beragam pemaknaan, tak jarang dikonotasikan negatif, pasalnya prosesnya sering dibenturkan dengan narasi paksaan dan kekerasan. Hal ini bukan tanpa sebab, akibat sosial media yang berkembang pesat sekarang banyak video video berdurasi pendek beredar dengan narasi dan situasi mengarahkan pada proses kaderisasi yang identik dengan perpeloncoan dan kekerasan yang dilakukan oleh mahasiswa yang sudah lama di kampus kepada mahasiswa yang baru memulai kehidupan kampus. Tak jarang cerita buruk terkait citra kaderisasi ini datang dan berkembang bahkan dari orang yang belum pernah merasakannya, Walaupun beberapa hal tidak 100 persen salah tapi perlu disadari bahwa tujuan kaderisasi bukan itu, dan pangaderan adalah untuk semua. Maka dari itu perlu untuk menyamakan perspektif terkait kaderisasi itu sendiri.
Proses kaderisasi memang banyak di warnai dengan paksaan dan konflik, tapi apakah hal hal yang dipaksakan selalu buruk? Apakah konflik selalu buruk? konflik dibutuhkan agar sebuah seseorang/kelompok dapat bekerja efektif. Pada dasarnya, konflik pada tingkatan tertentu akan bersifat fungsional bermanfaat untuk meningkatkan performa organisasi, tekanan terkadanv efektif untuk membuat seseorang dapat berfikir solusi. Kanda Muhammad Fikri Pratama menerangkan bahwa hal yang dipaksakan dan terpaksa dilakukan tidak selamanya buruk, terkadang hal dianggap kuno jika ditelisik lebih dalam memiliki esensi dan makna kecil di dalamnya. Misalnya keharusan mahasiswa memakai hitam putih, dan potongan 321 untuk rambut laki laki di awal perkuliahan hal ini kecil namun beresensi, hitam putih memaknai keseragaman, cukut botak melatih untuk berani tampil percayadiri. Semuanya bergantung pada sudut pandang kita menilai sesuatu, kembali lagi pada mindset. Bicara terkait kaderisasi, setiap departemen memiliki budaya dan sistemnya masing masing, dan teknik terkenal dengan budaya kaderisasi yang “keras” namun berbagai cerita dari senior senior, proses kaderisasi yang ada sekarang sudah sangat berbeda dan cenderung lebih lunak dan menyesuaikan zaman. Tapi pada dasarnya metode dalam kaderisasi tidak pernah “sempurna” selalu ada titik untuk dikoreksi. Perubahan selalu memunculkan pro dan kontra, senior senior selalu mengatakan “bagaimana mau merubah jika belum pernah merasakan?” jika ada hal yang tidak disukai terkait metode atau sistem dari kaderisasi yang ada, jangan lari dan menjadi pengecut. Masuk kedalam sistemnya dan ubah dari dalam. Namun sebelumnya kita harus merasakan agar tau apa yang harus diterima dan ditolak.